<< SELAMAT DATANG PESERTA DIDIK SMP N 1 ANJATAN, IKUTI PEMBELAJARAN TATAP MUKA DENGAN SEMANGAT>>

Senin, 10 Oktober 2022

MENINGKATKAN KOMPETENSI LITERASI PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA MEMBACA BUKU

MENINGKATKAN KOMPETENSI LITERASI PESERTA DIDIK  MELALUI BUDAYA MEMBACA BUKU

Oleh: Erna Hernawati


Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Anjatan Indramayu

 


Literasi, secara sederhana artinya membaca dan menulis. Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya

Tak bisa dipungkiri, bahwa kemampuan literasi peserta didik di Indonesia rata-rata  masih renda, Hal ini dibuktikan dengan Studi PISA yang melaporkan hasil capaian literasi yang diperoleh dari data angket sekolah dan siswa (OECD, 2019).

PISA dilaksanakan setiap tiga tahun sekali dan Indonesia telah mengikuti tujuh putaran PISA sejak tahun 2000. PISA 2018 di Indonesia diikuti oleh 399 satuan pendidikan dengan 12.098 siswa. Responden PISA Indonesia tersebut mewakili 3,7 juta siswa kelas 7 – 12 yang berusia 15 tahun.

Capaian PISA 2018 menunjukkan, Indonesia menduduki posisi 10 terbawah dari 79 negara yang berpartisipasi. Kemampuan rata-rata membaca siswa Indonesia adalah 80 poin di bawah rata-rata OECD. Kemampuan siswa Indonesia juga masih berada di bawah capaian siswa di negara-negara ASEAN. Kemampuan rata-rata membaca, matematika, dan sains siswa Indonesia secara berturut-turut adalah 42 poin, 52 poin, dan 37 poin di bawah rerata siswa ASEAN. Selanjutnya, bila ditinjau lebih lanjut terkait kemampuan siswa Indonesia pada PISA 2018, kemampuan siswa dapat dibedakan menjadi kompetensi tingkat minimum atau lebih dan di bawahnya. Secara persentase, kurang lebih hanya 25% siswa Indonesia yang memiliki kompetensi membaca tingkat minimum atau lebih, hanya 24% yang memiliki kompetensi matematika tingkat minimum atau lebih, dan sekitar 34% siswa Indonesia yang memiliki kompetensi sains tingkat minimum atau lebih (OECD, 2019a).

Menyikapi kenyataan tersebut, Indonesia, khususnya dunia pendidikan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensi literasi peserta didik, mengingat betapa pentingnya seorang peserta didik memiliki kompetensi yang baik dalam literasi.

Apa saja manfaat kompetensi literasi bagi peserta didik?

1.     Meningkatkan hasil prestasi belajar. Dengan kompetensi literasi yang baik, peserta didik akan mempunyai kemampuan yang baik pula dalam memahami pembelajaran. Semua materi pelajaran apapun, seperti bahasa Indonesia, IPA, PPkn, Seni Budaya, dan yang lainnya  tidak akan melewatkan kegiatan membaca. Semakin baik kemampuan membaca peserta didik, maka akan semakin bagus pula prestasi belajarnya. Kemampuan membaca pada peserta didik bisa dikategorikan baik, bila mampu memahami 75% isi bacaan.

2.     Meningkatkan kedewasaan berpikir dan bertindak. Usia peserta didik yang masih remaja sering kali membuat mereka bertindak tidak sesuai aturan, seenaknya, dan mau menang sendiri. Namun, jika mereka memiliki kompetensi literasi yang baik, maka mereka akan menjadi pribadi yang dewasa baik dalam berpikir maupun dalam bertindak. Itulah salah satu alasan, mengapa ada peserta didik tetap menjadi pribadi yang baik bahkan berprestasi walaupun ada banyak permasalahan dalam hidupnya.  Literasi mengajarkan kita untuk bisa menemukan pembelajaran hidup dari sebuah bacaan.

3.     Membantu peserta didik menjadi pribadi yang terbuka, yang mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya kepada orang lain. Dengan kompetensi literasi yang baik seorang peserta didik mampu memberikan tanggapan, komentar, kritik, pujian, juga perasaan  kepada orang lain dengan cara yang santun dan tanpa melukai perasaan orang lain.

Ada beberapa upaya sederhana dalam meningkatkan kompetensi literasi peserta didik, salah satunya adalah dengan membudayakan  membaca buku di sela-sela kesibukan peserta didk dalam belajar.

Bagaimanakah cara meningkatkan kompetensi literasi peserta didik melalui budaya membaca buku?

1.     Jadikan kegiatan membaca buku sebuah tantangan bagi peserta didik. Untuk memotivasi peserta didik yang belum minat membaca,maka pihak sekolah bisa memberikan  penghargaan  manakala ada peserta didik yang sudah mampu memahami isi buku tersebut. Penghargaan bisa berupa publikasi di Mading Sekolah, Website Sekolah, atau bisa dengan memberikan buku-buku bacaan yang mereka sukai. Umumkan prestasi membaca peserta didik tersebut dalam kegiatan upacara bendera agar diketahui oleh semua peserta didik.

2.     Jadikan kegiatan membaca buku sebagai salah satu syarat bisa mengukuti kegiatan PTS atau kegiatan PAS/PAT. Peserta didik bisa memenuhi syarat bila sudah membaca minimal 4 atau 5 buku dalam satu semester.mau tidak mau peserta didik dipaksa membaca, jika ingin mengikuti kegiatan PAT atau PAS.

3.     Untuk mengukur seberapa dalam pemahaman peserta didik dalam membaca, peserta didik harus membuat laporan baik secara tulisan maupun lisan. Ada beberapa teknik dalam menulis laporan hasil membaca, diantaranya, peserta didik membuat resensi buku, ulasan, maupun reviu buku dengan model AIH (Alasan, Isi Hikmah), Isikawa Fishbone (tulang Ikan), Y-Cart, atau infografis.

Sementara, untuk laporan dalam bentuk lisan, peserta didik harus mampu mempresentasikan isi buku di depan teman—temannya, pendidik, maupun di depan kepala sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, seperti di aula, atau di lapangan upacara.

4.     Libatkan semua warga sekolah dalam kegiatan membaca buku, terutama ibu dan bapak guru. Pastikan bahwa kegiatan membaca buku ini bukan hanya milik guru bahasa indonesia saja, tapi juga milik guru mata pelajaran yang lain.

 

Ibu bapak guru bisa terlibat langsung dengan peserta didik dalam kegiatan presentasi buku. Ibu bapak guru bisa memberikan sedikit waktunya  di saat istiraha misalnya, untuk melayani peserta didik yang ingin presentasi.

5.     Lengkapi perpustakaan sekolah dengan buku-buku bacaan yang menarik, baik fiksi maupun nonfiksi, yang berkaitan dengan berbagai mata pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik untuk mendapatkan bahan bacaan yang mereka sukai.

 

Semoga dengan upaya sederhana  tersebut, kompetensi literasi peserta didik akan semakin meningkat. Perlahan namun pasti akan merubah posisi Indonesia dari 10 terbawah menjadi 10 teratas. Mengajak peserta didik untuk mau membaca itu bukan hal yang mudah, perlu aksi nyata untuk mewujudkan budaya membaca di antara peserta didik. Perlu kerja keras, kesabaran, tenaga, pikiran dan juga materi untuk mewujudkan itu semua. Literasi milik kita semua. Mari bersama ikut andil dalam meningkatkan literasi membaca, menciptakan generasi muda yang tangguh, siap menerima kemajuan IPTEK, dan hebat dalam literasi.

 Indramayu, !0 Oktober 2022